Selamat Datang Selamat Menikmati

Sabtu, 23 Juli 2011

Menyambut Hari Anak Nasional

SELAMAT HARI ANAK NASIONAl ANAK-ANAK INDONESIA 

Anak bangsa menjadi tumpuhan beban bagi kemajuan bangsa ini, namun banyak anak bangsa yang tidak sekolah mereka lebih mementingkan untuk bekerja membantu orang tuanya dari pada sekolah kondisi seperti ini siapa yang harus disalahkan ? Padahal pemerintasudah mencanangkan wajib belajar 9 tahun dengan wajib belajar 9 tahun berarti sudah meringankan beban orang dengan memberikan biaya operasional sekolah ( BOS ) dengan BOS ini mengurangi beban orang tua 70% didesa dan 20% dikota dan pemerintah sudah mengeluarkan anggaran pendidikan 20% dan mengapa terjadi kesenjangan mutu pendidikan antara kota yang maju dan yang tertinggal
5

Selasa, 26 April 2011

Upaya Pencegahan NARKOBA


Karakteristik psikologis yang khas pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan zat.
Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih ada faktor lain yang memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan si pemakai zat. Faktor lingkungan tersebut memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk menyalahgunakan zat. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis remaja.

Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses pendampingan kepada si remaja, selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah).
Jadi remaja sebenarnya berada dalam 3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni sekolah (guru), lingkungan pergaulan dan rumah (orang tua dan keluarga); serta ada 2 buah proses yakni menghindar dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri si remaja untuk mandiri dan menemukan jati dirinya.
Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, tindakan yang harus dan dapat dilakukan, secara garis besar akan diuraikan di bawah ini:
1. Sikap dan tingkah laku
Tujuan dari suatu perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak-kanakan seperti mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri, menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi perhatian, memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan dan hindarkan kritik dan celaan.
2. Emosional
Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Udahakan jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat).
3. Mental – intelektual
Dalam perkembangannya mental – intelektual diharapkan remaja dapat menerima emosionalnya dengan memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan begitu ia dapat membedakan antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan sesungguhnya. Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai macam harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai.
4. Sosial
Untuk mencapai tujuan perkembangan, remaja harus belajar bergaul dengan semua orang, baik teman sebaya atau tidak sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan jenis. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan pergaulan saja misalnya suatu kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan penyalahgunaan zat. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya ikatan yang erat dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman, orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita sebagai orang tua dan guru, harus mampu menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik.
5. Pembentukan identitas diri
Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya. Orang tua memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu remajanya dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dlam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut:
· Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan menghadapinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
· Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi material, emosional, intelektual, dan sosial.
· Memberikan kebebasan dan keteraturan serta secara bersamaan pengarahan terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.
· Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh kehangatan bagi remaja.
· Memberikan penghargaan yang layak terhadap pendapat dan prestasi yang baik.
· Memberikan teladan yang baik kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.
· Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).
Yang paling penting adalah pengenalan diri sendiri dari pihak orang tua sebelum mereka mengharapkan remajanya mengenal dirinya. Dengan kata lain, apa yang diharapkan dari remaja harus dapat dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tua dan guru. seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
Karakteristik psikologis yang khas pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan zat.
Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih ada faktor lain yang memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan si pemakai zat. Faktor lingkungan tersebut memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk menyalahgunakan zat. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis remaja.



Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses pendampingan kepada si remaja, selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah).
Jadi remaja sebenarnya berada dalam 3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni sekolah (guru), lingkungan pergaulan dan rumah (orang tua dan keluarga); serta ada 2 buah proses yakni menghindar dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri si remaja untuk mandiri dan menemukan jati dirinya.
Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, tindakan yang harus dan dapat dilakukan, secara garis besar akan diuraikan di bawah ini:
1. Sikap dan tingkah laku
Tujuan dari suatu perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak-kanakan seperti mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri, menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi perhatian, memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan dan hindarkan kritik dan celaan.
2. Emosional
Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Udahakan jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat).
3. Mental – intelektual
Dalam perkembangannya mental – intelektual diharapkan remaja dapat menerima emosionalnya dengan memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan begitu ia dapat membedakan antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan sesungguhnya. Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai macam harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai.
4. Sosial
Untuk mencapai tujuan perkembangan, remaja harus belajar bergaul dengan semua orang, baik teman sebaya atau tidak sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan jenis. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan pergaulan saja misalnya suatu kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan penyalahgunaan zat. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya ikatan yang erat dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman, orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita sebagai orang tua dan guru, harus mampu menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik.
5. Pembentukan identitas diri
Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya. Orang tua memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu remajanya dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dlam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut:
· Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan menghadapinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
· Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi material, emosional, intelektual, dan sosial.
· Memberikan kebebasan dan keteraturan serta secara bersamaan pengarahan terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.
· Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh kehangatan bagi remaja.
· Memberikan penghargaan yang layak terhadap pendapat dan prestasi yang baik.
· Memberikan teladan yang baik kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.
· Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).
Yang paling penting adalah pengenalan diri sendiri dari pihak orang tua sebelum mereka mengharapkan remajanya mengenal dirinya. Dengan kata lain, apa yang diharapkan dari remaja harus dapat dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tua dan guru. seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.

created by : www.berpuisi.tk/2010/02/upaya-mencegah-penyalahgunaan-narkoba.html

Mampukah Anak Autis Belajar di Sekolah Umum ?


Psikolog Tri Gunadi, OT, S.Psi, S.Ked dari Yayasan Medical Exercise Therapy mengakui memang tidak semua anak autis mampu sekolah di . Karena kalau dipaksakan pun dengan alasan agar tidak ada diskriminasi justru si anak autis yang akan kesulitan mengikutinya.

Menurutnya, ada beberapa syarat jika orangtua anak autis ingin menyekolahkan anaknya di sekolah umum. 
 Yaitu
  1. Komunikasi klasikal (verbal atau non verbal)
  2. Gangguan perilaku sudah hilang, seperti temper tantrum (suka marah dan mengamuk), berteriak-teriak dan lainnya.
  3. Gangguan emosi sudah tidak ada lagi
  4. Tidak mendistraksi atau terdistraksi anak yang lain, dengan kata lain si anak sudah bisa berkontrasi
  5. Memiliki kemampuan akademis

Nah, jika anak autis belum bisa memenuhi syarat-syarat tersebut sekolah inklusi atau kebutuhan khusus menjadi jalan keluarnya.

"Sekolah inklusi memang menjadi jalan terbaik untuk anak autis yang kondisinya belum stabil," ujar Tri dalam acara Autism & Friends: Talent & Artwork Showcase di Senayan City yang diadakan London School of Public Relation, Jakarta, Jumat (30/7/2010).

Sekolah inklusi merupakan sekolah dengan sistem, guru, kurikulum adaptasi dan fasilitas sekolah yang memadai dan disesuaikan bagi anak autis.

Sekolah inklusi hanya mewajibkan 3 syarat teratas (komunikasi klasikal, perilaku dan emosi) dari 5 syarat untuk sekolah umum.

Namun bukan berarti anak autis tidak bisa bersekolah di sekolah umum. Dengan rajin melakukan terapi terlebih dahulu biasanya anak autis bisa menguasai 5 syarat di atas.

Selain syarat untuk sekolah, terapi juga wajib bagi anak autis karena bila tidak di terapi yang tumbuh hanya fisiknya, tapi perkembangan tidak terjadi (komunikasi, bahasa, emosi, perilaku, sensorik dan lainnya).

Anak autism idealnya mempunyai 3 terapis yang berbeda (termasuk orangtua) untuk sarana generalisasi agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya.

Terapi ini harus dipantau oleh ahlinya, dilaksanakan secara simultan dan kontinu baik di tempat terapi, rumah dan lingkungan sehari-hari.

Senin, 25 April 2011

Kunci Sukse UN ( Ujian Nasional )


Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta mengimbau para orang tua memberikan perhatian lebih kepada anaknya yang akan ikut Ujian Naional (UN) 2011. Kepala Disdik DKI Jakarta, Taufik Hadi Mulyanto, menyebut salah satu kunci kesuksesan siswa dalam menghadapi UN selain belajar adalah pendampingan orang tua. Ia menyatakan, sepekan menjelang UN, setiap orang tua harus meningkatkan perhatian kepada anaknya. Dengan begitu, sang anak bisa terpacu dari segi psikologis dan emosional. Sehingga yang bersangkutan bisa lebih siap dan tenang, serta terpacu menghadapi UN. Dampaknya berpengaruh terhadap rasa kepercayaan dirinya dalam mengerjakan soal UN. “Orang tua harus terus mendampingi anaknya agar dapat bimbingan eduktif. Semakin dekat hari pelaksanaan UN, bimbingan orang tua harus semakin meningkat,” kata Taufik, Ahad (10/4).
Kunci kelancaran siswa dalam mengerjakan soal UN, kata Taufik, tidak semata penguasaan pada materi mata pelajaran. Tapi, aspek nonteknis, seperti kondisi psikologis siswa juga berperan besar dalam kelancaran mengerjakan soal. “Salah satu kesuksesan siswa dalam menghadapi UN selain belajar adalah pendampingan orang tua. Hal ini harus diketahui para orang tua,” katanya.
Menurut dia, dengan persiapan matang maka tumbuh dalam diri siswa kepercayaan untuk mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu, jika muncul bocoran soal maupun jawaban maka tak akan terpengaruh. “Saya harap siswa lulus dengan mengedepankan cara-cara jujur. Tidak malah sibuk mencari bocoran soal, apalagi bocoran jawaban,” harap Taufik.

created by : http://ujiannasional.org/kunci-sukses-un-2011-pendampingan-orang-tua-harus-meningkat.htm

Pengawasan Ujian Nasional 2011 Diperketat


BSNP menetapkan secara resmi bahwa pengawasan ruang UN pada setiap sekolah/madrasah akan dilakukan oleh tim pengawas yang terdiri dari guru-guru yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan. Selanjutnya, pengawasan ruang UN ini juga diatur dengan sistem acak dalam satu kabupaten/kota. Intinya, guru yang mata pelajarannya sedang diujikan tidak diperbolehkan di dalam lokasi sekokah/madrasah penyelenggara UN. Hal ini benar-benar harus diperhatikan oleh setiap sekolah/madrasah.
BSNP juga menegaskan bahwa sistem pengawasan  (UN) pada tahun 2011 mendatang akan diubah. Rencananya dalam pengawasan, perguruan tinggi hanya akan turut memantau pada UN tingkat SMA/SMK/MA.
Menurutnya, dalam pelaksanaan UN, tim pengawas independen dari perguruan tinggi tetap dilibatkan, tapi itu hanya di tingkat SMA/SMK/MA saja. Sedangkan untuk SMP/MTs, dan tingkat SD hanya melibatkan Dinas Pendidikan Provinsi masing-masing daerah. Jadi perguruan tinggi tidak ikut terlibat dalam pemantauan UN tingkat SMP/MTs. Pasalnya, kelulusan SMP/MTs nanti akan digunakan untuk tingkat SMA/SMK.

created by : ujiannasional.org/pengawasan-ujian-nasional-2011-diperketat.htm#more-3652


Minggu, 24 April 2011

Tenaga Kerja Honorer

Jakarta - Pemerintah akan mengurangi pengangkatan tenaga kerja honorer pada tahun 2010. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN dan RB) Everett Ernest Mangindaan, persentase penerimaan tenaga kerja honorer tersebut menurun dari 65% pada tahun 2005-2009 menjadi 30% untuk tahun ini.

Mangindaan menyatakan penurunan tersebut sehubungan telah diangkatnya sebagian besar tenaga kerja honorer menjadi pegawai tetap.

"Kita tidak mau aparatur negara kita tidak terkualifikasi juga. Kita butuh tenaga yang segar juga kan," ujarnya usai Rapat Kerja Gabungan Komisi II, III, dan X DPR RI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta (25/1/2010).

Mangindaan memaparkan berdasarkan data Kementerian PAN, sejak 2005-2009 tenaga kerja honorer yang telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) mencapai 899.196 orang dari 920.702 tenaga honorer yang ada di kantor pemerintahan.

Dengan demikian, Mangindaan mengharapkan pada 2010 ini, sekitar 70% tenaga kerja yang masuk berasal dari tenaga yang benar-benar baru. "MenPAN akan alokasikan 30% (untuk tenaga honorer) dari alokasi tenaga kerja nasional. Kita harapkan 70% tenaga segar," ujarnya.

Kendati demikian, masih terdapat 104.000 tenaga kerja honorer yang berada di luar angka tersebut, yang telah mengajukan untuk pengangkatan pegawai tetap.

"Pengaduan itu yang menyusul, karena berkasnya hilang, terselip, atau tercecer sehingga tidak masuk dalam database," ujarnya.

Adapun kriteria yang menyebabkan tenaga kerja honorer tidak diangkat menjadi pegawai tetap memnuhi persyaratan dalam PP No.43 dan No.48 di antaranya adalah tenaga honorer dari instansi swasta, dan melebihi umur maksimal 46 tahun.

Untuk yang belum diangkat, lanjut Mangindaan, pemerintah tetap akan memfasilitasi untuk pengangkatannya. Walaupun proses tersebut harus melalui seleksi berdasarkan kualifikasi Kementerian/Lembaga terkait.

"Seleksi tetap dilakukan, kita cari kualitas, kan sayang kalau kita punya aparatur yang tidak memenuhi kualifikasi. Jadi tidak semua diterima," ujar Mangindaan.
created by : nia/dnl/ REH/detikfinance.com

Dampak Facebook

Globalisasi sekarang bukan hanya berdampak bagi bumi tapi anak bangsa juga turut terkene dampak globalisai
yakni sekarang banyak ada namanya jejaring sosial jejaring sosial ini berdampak terhadap anak bangsa yaitu sekarang banyak anak bangsa yang malas belajar ia malah mementingkan untuk membuka jejaring sosial salah satunya facebook facebook adalah alat komunikasi dunia maya facebook sangat nudah diakses sehingga anak bangsa mudah mengaksesnya selain itu facebook juga mudah di buat banyak pendapat tentang facebook yaitu GAK PUNYA FACEBOOK GAK GAUL itu yang menyebebkan banyak anak bangsa yang mempunyai facebook sebenarnya sah-sah saja mempunyai facebook tetapi jangan over sehingga membuat kita ingin membukanya setiap saat dan lupa waktu belajar

 JADI MULAI SEKARANG KURANGI MEMBUKA FACEBOOK